PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem pengapian konvensional.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
1)  Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup
Aliran Arus Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
2) Saat platina membuka
Aliran Arus Saat Platina terbuka
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
 KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL PADA MOBIL
Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen. Berikut akan dijelaskan apa saja komponen sistem pengapian beserta dengan fungsi masing-masing komponen sistem pengapian.
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik.

2.Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih terminal.
Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya.

2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
 Hubungan terminal Pada Kunci Kontak 
2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
Konstruksi Koil Pengapian
3. Distributor
Distributor berfungsi untuk mendistribusikan induksi tegangan tinggi sekunder koil ke busi sesuai dengan urutan pengapian motor atau FO (firing order).
Distributor merupakan tempat sebagian besar sistem pengapian. Komponen yang ada pada distributor antara lain: platina (kontak breaker), kondensor, nok kontak pemutus arus, centrifugal advancer, vacum advancer, rotor distributor dan tutup distributor.
MERAWAT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
Sistem Pengapian Konvensional
Komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan dibersihkan kotorannya menggunakan amplas.
Bagian sistem pengapian yang perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal Advancer.
Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
  • Bahan : Grease (pelumas); amplas.
  • Alat : Kunci busi; kunci ring nomor 10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu 12 volt dengan dua kabel; multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
  • Spark plug cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
  • Spark plug gauge, untuk mengukur dan menyetel celah busi.
  • Tune up tester, untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
  • Timing tester, untuk mengetahui saat pengapian.
  • Condensor tester, berfungsi untuk memeriksa kapasitas kondensor.
  1. Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian.
  2. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi.
  3. Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi.
  4. Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor.
  5. Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacum advancer.
  6. Memeriksa koil pengapian.
  7. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina atau menyetel sudut dwell.
JENIS-JENIS GANGGUAN PADA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional.
No.GEJALAKEMUNGKINAN PENYEBABCARA MENGATASI
1Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)Busi mati atau deposit berlebihan.Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan.Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang.Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar.Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoranBersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka terus.Setel celah platina atau sudut dwell
Koil matiGanti koil
Kondensor matiGanti kondensator
Konektor kabel lepasPasang konektor kabel yang lepas
Kabel putusGanti atau perbaiki kabel yang putus
Kontak rusakGanti kontak
2Mesin sulit hidup (percikan api dibusi kecil)Deposit (penumpukan kerak) dibusi berlebihan.Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor.Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor.Bersihkan terminal ditutup distributor.
Karbon ditutup distributor hilang.Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak.Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar.Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor.Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat.Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat.Saat setel pengapian
Koil rusak.Ganti koil.
Kondensor rusak.Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor.Bersihkan terminal konektor kabel.
3Terjadi ledakan di knalpotBusi kotor.Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor.Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur.Stel saat pengapian.
No.GEJALAKEMUNGKINAN PENYEBABCARA MENGATASI
4Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepasKerja vacum advancer kurang sempurna.Perbaiki mekanisme vacum advancer.
5Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas ditekanKerja centrifugal advancer kurang sempurna.Perbaiki mekanisme centrifugal advancer.
6Busi cepat kotorPemakaian busi yang tidak tepatGanti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor.Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat.Stel saat pengapian.
7Elektroda busi melelehPemakaian tingkat busi yang terlalu panas.Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.
Posisi PlatinaHasil PengukuranKeterangan
Membuka12 voltBaik
0 voltPlatina hubung singkat
Kabel platina hubung singkat
Tidak ada arus ke koil pengapian
Menutup0 voltBaik
12 voltKontak platina terganjal kotoran
Kabel ke platina putus

PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem pengapian konvensional.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
1)  Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup
Aliran Arus Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
2) Saat platina membuka
Aliran Arus Saat Platina terbuka
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
 KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL PADA MOBIL
Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen. Berikut akan dijelaskan apa saja komponen sistem pengapian beserta dengan fungsi masing-masing komponen sistem pengapian.
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik.

2.Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih terminal.
Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya.

2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
 Hubungan terminal Pada Kunci Kontak 
2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
Konstruksi Koil Pengapian
3. Distributor
Distributor berfungsi untuk mendistribusikan induksi tegangan tinggi sekunder koil ke busi sesuai dengan urutan pengapian motor atau FO (firing order).
Distributor merupakan tempat sebagian besar sistem pengapian. Komponen yang ada pada distributor antara lain: platina (kontak breaker), kondensor, nok kontak pemutus arus, centrifugal advancer, vacum advancer, rotor distributor dan tutup distributor.
MERAWAT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
Sistem Pengapian Konvensional
Komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan dibersihkan kotorannya menggunakan amplas.
Bagian sistem pengapian yang perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal Advancer.
Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
  • Bahan : Grease (pelumas); amplas.
  • Alat : Kunci busi; kunci ring nomor 10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu 12 volt dengan dua kabel; multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
  • Spark plug cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
  • Spark plug gauge, untuk mengukur dan menyetel celah busi.
  • Tune up tester, untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
  • Timing tester, untuk mengetahui saat pengapian.
  • Condensor tester, berfungsi untuk memeriksa kapasitas kondensor.
  1. Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian.
  2. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi.
  3. Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi.
  4. Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor.
  5. Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacum advancer.
  6. Memeriksa koil pengapian.
  7. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina atau menyetel sudut dwell.
JENIS-JENIS GANGGUAN PADA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional.
No.GEJALAKEMUNGKINAN PENYEBABCARA MENGATASI
1Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)Busi mati atau deposit berlebihan.Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan.Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang.Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar.Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoranBersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka terus.Setel celah platina atau sudut dwell
Koil matiGanti koil
Kondensor matiGanti kondensator
Konektor kabel lepasPasang konektor kabel yang lepas
Kabel putusGanti atau perbaiki kabel yang putus
Kontak rusakGanti kontak
2Mesin sulit hidup (percikan api dibusi kecil)Deposit (penumpukan kerak) dibusi berlebihan.Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor.Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor.Bersihkan terminal ditutup distributor.
Karbon ditutup distributor hilang.Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak.Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar.Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor.Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat.Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat.Saat setel pengapian
Koil rusak.Ganti koil.
Kondensor rusak.Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor.Bersihkan terminal konektor kabel.
3Terjadi ledakan di knalpotBusi kotor.Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor.Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur.Stel saat pengapian.
No.GEJALAKEMUNGKINAN PENYEBABCARA MENGATASI
4Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepasKerja vacum advancer kurang sempurna.Perbaiki mekanisme vacum advancer.
5Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas ditekanKerja centrifugal advancer kurang sempurna.Perbaiki mekanisme centrifugal advancer.
6Busi cepat kotorPemakaian busi yang tidak tepatGanti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor.Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat.Stel saat pengapian.
7Elektroda busi melelehPemakaian tingkat busi yang terlalu panas.Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.
Posisi PlatinaHasil PengukuranKeterangan
Membuka12 voltBaik
0 voltPlatina hubung singkat
Kabel platina hubung singkat
Tidak ada arus ke koil pengapian
Menutup0 voltBaik
12 voltKontak platina terganjal kotoran
Kabel ke platina putus

Sistem Pengapian

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang Sistem Pengapian Konvensional pada kendaraan mobil.
  
Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan didalam silinder harus dibakar untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk membakar campuran udara dan bensin didalam ruang bakar pada akhir langkah kompresi.
Sistim pengapian yang digunakan adalah sistim pengapian listrik, dimana untuk menghasilkan percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik api. Listrik diambil dari baterai.

KOMPONEN-KOMPONEN SISTIM PENGAPIAN

1. Baterai
2. Sikring (fuse)
3. Kunci kontak (switch)
4. External resistor
5. Ignition coil
6. Distributor
7. Busi
8. Kabel tegangan tinggi

      A.   BATERAI

Fungsi :
Di dalam system baterai berfungsi Sebagai sumber energi listrik sedang baterai sendiri berfungsi untuk menyimpan energy listrik dalam bentu kimia.

      B.   FUSE / SIKRING



Fungsi :
1. Sebagai pengaman apabila terjadi hubungan singkat (korsleting).
2. Sebagai pembatas arus yang berlebihan
      C.   KUNCI KONTAK / IGNITION SWITCH


Fungsi :                                                               
Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari baterai ke coil.

      D.   EXTERNAL RESISTOR

Fungsi :
Mengurangi penurunan tegangan pada kumparan primer saat mesin berputar pada putaran tinggi

      E.   IGNITION COIL / COIL PENGAPIAN



Fungsi :
Untuk membangkitkan tegangan listrik, dari 12 Volt menjadi 15.000 – 30.000 Volt. Untuk dapat mempertinggi tegangan listrik tersebut, pada ignition coil terdapat 2 (dua) kumparan.
     1 .  Kumparan primer
            a.    Menciptakan medan magnet
            b.    Penampang kawat besar
            c.    Jumlah gulungan sedikit ± 400
     2.  Kumparan sekunder
            a.    Merubah induksi menjadi tegangan tinggi
            b.    Penampang kawat kecil
            c.   Jumlah  gulungan  banyak  ± 30.000

Ignition coil dengan resistor
Pada ignition coil yang dilengkapi dengan resistor, mempunyai sebuah resistor (tahanan luar) yang dihubungkan seri dengan kumparan primer pada coil.

Dibandingkan dengan ignition coil tanpa memakai resistor penurunan tegangan pada kumparan primer saat mesin berputar tinggi akan dapat dikurangi.

Ada 2 type resistor :

1            1.  External resistor type
2            2.  Integrated resistor type


                                       External reistor type

                                       Integrated resistor type

Ignition coil tanpa resistor

      a.    Putaran rendah.
-           1. Waktu tertutup platina lebih lama.
-           2. Arus yang mengalir ke kumparan primer cukup meski ada self induksi.
-           3.  Tegangan tinggi pada kumparan sekunder tetap.

      b.    Putaran tinggi.
-           1. Waktu tertutup platina lebih cepat
-           2. Arus yang mengalir kekumparan primer berkurang.
-           3. Tegangan tinggi pada kumparan sekunder menurun

Ignition coil dengan resistor

          a.   Putaran rendah
-               Peristiwanya sama seperti pada coil tanpa resistor

          b.  Putaran tinggi
-             1. Waktu menutup platina lebih cepat.
-             2. Karena harga tahanan primer lebih kecil, arus yang mengalir masih cukup untuk 
                   membentuk kemagnetan
             3. Tegangan tinggi yang dihasilkan kumparan sekunder tetap besar.

Pada saat start mesin, arus dari baterai lebih banyak mengalir ke motor starter, sehingga tegangan baterai akan drop dan mengurangi arus yang mengalir ke kumparan primer. Akibatnya tegangan tinggi pada kumparan sekunder berkurang dan bunga api pada busi lemah, mesin sulit hidup.

Guna mencegah kejadian seperti itu, saat posisi start arus yang mengalir kekumparan primer  di by pass langsung tanpa melewati resistan, sehingga arus yang mengalir ke kumparan primer mencukupi.

     F.    DISTRIBUTOR
Fungsi distributor adalah untuk membagikan arus listrik bertegangan tinggi dari coil kemasing-masing busi sesuai dengan waktu pengapian.


Adapun komponen-komponenya terdiri dari :
 


          1.    Distributor cap
          2.    Breaker points
          3.    Governor spring
          4.    Governor weight
          5.    Distributor  shaft
          6.    Rotor
          7.    Damper spring
          8.    Breaker plate
          9.    Condenser
        10. Vacuum advancer
        11. Ball bearing

Bagian-bagian distributor.
I.      I.  Bagian pemutus :                           
          a.  Cam lobe
          b.  Breaker point (platina)

II.     II. Bagian pembagi arus                                 
          a.  Rotor
          b.  Tutup distributor

III.    III. Bagian pemaju pengapian                       
           a.  Vacuum advancer
           b.  Governor advancer

I       IV. Condenser

TERBENTUKNYA TEGANGAN TINGGI 


Jika platina menutup, arus dari baterai dapat mengalir ke kumparan primer, sehingga inti besi menjadi sebuah magnet.

Ketika platina membuka, arus pada kumparan primer terputus, dan medan magnet menghilang.

Akibat menghilangnya medan magnet, akan dibangkitkan tegangan induksi pada kumparan sekunder yang diteruskan ke busi.

CARA KERJA SISTIM PENGAPIAN

1.  Kontak point (platina) sedang menutup.


       Arus mengalir dari  baterai > Ignition switch  >  (+) Coil  > Primary coil  >  Platina >  Massa
Ignition coil menjadi magnet.

  2.    Kontak point (platina) membuka.
 

        Arus primer terputus dengan cepat, maka :
  a.   Medan magnit menghilang 
  b.  Terjadi arus induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder
        c.  Terjadi lompatan api diantara elektroda busi.

Bagian kontak pemutus (platina)

Fungsi :
Untuk memutuskan dan menghubungkan arus yang mengalir kekumparan primer agar terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder.
Bagian-bagian Platina :
      1. Cam distributor
      2. Kontak tetap
      3. Kontak lepas
      4. 
Pegas
      5. Lengan kontak pemutus
      6. Sekrup pengikat
      7. Ebonit
      8. 
Kabel
     9. Alur penyetel
Sudut pengapian
Yaitu : Sudut putar cam distributor dan saat platina mulai membuka (1), sampai platina mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya (2)
Contoh sudut pengapian

Mesin 2 silinder.
 

Sudut pengapian = 360°/2
  
Mesin 4 silinder

Sudut pengapian = 360°/4

Sudut dwell
 

Sudut buka platina A – B
Sudut tutup platina B – C
Kesimpulan :
Sudut dwell adalah sudut cam distributor pada saat platina mulai menutup (B) sampai platina mulai membuka kembali (C).
Sudut dwell    =         60% x Sudut pengapian
                        =         60% x 360/2
Toleransi        =         ± 2°
Contoh :        
Mencari sudut dwell mesin  4 silinder dan 6 silinder

Mesin 4 silinder
Sudut pengapian     = 360°/4.  =   90°
Sudut dwell               =.60% x 90° 
                                   = 54°
Toleransi                    =  ± 2°
Sudut dwell               =  52° - 56°

Mesin 6 silinder
Sudut pengapian     = 360°/6 
                                   = 60°
Sudut dwell               = 60% x 60°
                       =36°
Toleransi                   = ± 2° 
Sudut                        = 34° - 38°
Pengaruh sudut dwell
Sudut dwell besar
1.    Celah platina kecil
2.    Arus yang mengalir ke primer coil terlalu lama
3.    Kemagnetan jenuh
4.    Platina panas
Sudut dwell kecil
Celah platina lebar
1.   Arus yang mengalir ke primer coil terlalu singkat
2.   Kemagnetan tidak tercapai maksimum
3.  Tegangan induksi kumparan sekunder kurang
CONDENSER
 

Fungsi :
1.  Menghilangkan atau mencegah terjadinya loncatan bunga api listrik pada permukaan platina.
2. Tegangan induksi yang dihasilkan kumparan sekunder akan semakin besar, jika menghilangnya kemagnetan (self induksi) kumparan primer berlangsung singkat.

3.  Condensor akan mempercepat menghilangnya tegangan induksi kumparan primer dengan cara menyerap arus induksi tersebut. Dengan cara itu maka tegangan tinggi kumparan sekunder dapat dihasilkan.
Kemampuan dari suatu kondensor dinyatakan dengan  besarnya kapasitas.

Untuk besarnya kapasitas kondenser dapat ditentukan melalui warna kabel yang digunakan.

                        Warna kabel                                                 Kapasitas kondenser
                        Hijau                                                                           0,18    Uf
                        Kuning                                                                        0,22    Uf
                        Biru                                                                             0,25    Uf
                        Putih                                                                           0,27    Uf

Bagian pemaju saat pengapian 
Governor advancer
Fungsi :
Memajukan saat pengapian sesuai dengan  besarnya putaran mesin.
1.    Cam
2.    Spring support pin
3.    Guide pin
4.    Screw
5.    Governor spring
6.    Cam plate
7.    Fly weight
8.    Weight support pin
9.    Distributor shaft

Cara kerja :
Sebelum bekerja 
1.    Fly weight (pemberat) belum mengembang
2.    Cam plate belum ditekan
3.    Advance belum bekerja
4.    Salah satu pegas pembalik masih longgar
Saat bekerja
1.    Fly weight centrifugal mulai mengembang sampai maksimum
2.    Cam plate mulai ditekan
3.    Advance centrifugal mulai bekerja sampai maksimum
4.    Kedua pegas pengembali bekerja

Vacuum advancer
Fungsi :
Memajukan saat pengapian sesuai dengan besarnya beban mesin. Saat beban rendah atau menengah, kecepatan pembakaran rendah karena atomisasi campuran sedikit, campuran kurus. Oleh sebab itu pembakaran menjadi lama. Agar mendapatkan tekanan pembakaran maksimum tetap terjadi sesudah TMA, saat pengapian harus dimajukan
 

Bagian-bagian vacuum advancer : 
1.    Plat dudukan platina
2.    Rod (tuas)
3.    Diafraghma
4.    Pegas
5.    Selang untuk vacuum
6.    Langkah
7.    Advance port
8.    Throttle valve
Cara kerja

Vacuum advance belum bekerja
Kevacuman pada intake manifold masih rendah, sehingga diafraghma belum bekerja
 

Vacuum advance sedang bekerja
Kevacuman pada intake manifold tinggi, sehingga diafraghma terhisap dan rod (tuas) tertarik, akibatnya dudukan platina ikut bergerak, dan pembukaan platina dipercepat

G.   BUSI

Fungsi :
Meloncatkan bunga api listrik melalui elektrodanya
 

 
Bagian-bagian Busi :
1. Insulator
2. Cincin perapat
3. Cincin perapat
4. Penghantar
5. Rongga pemanas
6. Terminal
7. Baut sambungan
8. Rumah busi
9. Elektroda pusat (+)
10. Celah elektroda
11. Elektroda massa (-)
Nilai panas
1.    Suatu index yang menunjukan jumlah panas yang dapat dipindahkan busi
2.    Kemampuan busi menyerap dan memindahkan panas tergantung pada bentuk kaki insulator
3.    Nilai panas busi harus sesuai dengan kondisi operasi mesin
Busi panas
 

1.    Luas permukaan insulator lebih besa
2.    Banyak menyerap panas
3.    Lintasan pemindah panas panjang, akibatnya pemindahan panas sedikit
Busi dingin

 

1.    Luas permukaan isolator kecil
2.    Sedikit menyerap panas
3.    Lintasan pemindah panas pendek
Permukaan muka busi

Normal

 

1.    Isolator berwarna kuning atau coklat muda
2.    Puncak isolator bersih, permukaan rumah isolator kotor berwarna coklat muda atau abu-abu
3.    Kondisi kerja mesin baik
4.    Pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat
Terbakar

 

1.    Elektroda terbakar. Pada permukaan kaki isolator ada partikel-partikel kecil mengkilap yang menempel
2.    Isolator berwarna putih atau kuning
Penyebab :
a. Nilai oktan bensin terlalu rendah
b. Campuran terlalu kurus
c. Knoking (detonasi)
d. Saat pengapian terlalu awal
e. Type busi yang terlalu panas
Berkerak karena oli

 

a. Kaki isolator, elektroda-elektroda sangat kotor
b. Warna kotoran coklat/oli mesin
Penyebab :
a. Ring piston aus
b. Penghantar katup aus
c. Penghisapan oli melalui sistim ventilasi karter
Berkerak karbon

 

Kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi berkerak jelaga

Penyebab :
a. Campuran terlalu kaya
b. Type busi yang terlalu dingin
Isolator retak

 

Penyebab :
1. Jatuh
2. Kelemahan bahan
3. Bunga api dapat meloncat dari isolator yang retak
SAAT PENGAPIAN
 

1. Pengapian terjadi sebelum piston mencapai TMA
2. Saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga api untuk memulai pembakaran
3. Saat pengapian diukur dalam derajat poros engkol, sebelum atau sesudah TMA pengapian. Mulai dari saat pengapian sampai dan berakhir dibutuhkan waktu tertentu
1. Saat pengapian
2. Tekanan pembakaran maksimum
3. Akhir pembakaran

Kesimpulan:
1. Untuk mendapatkan langkah kerja yang efektip tekanan pembakaran maksimum terjadi beberapa derajat setelah TMA
2.  Agar tekanan pembakaran maksimum terjadi setelah TMA, maka saat pengapian harus di set sebelum TMA
           Saat pengapian dan kemampuan mesin

    

 
Saat pengapian terlalu awal
Mengakibatkan detonasi/knocking, daya mesin berkurang, mesin menjadi panas dan menimbulkan kerusakan pada piston, bearing, busi

Saat pengapian tepat 
Menghasilkan langkah kerja yang ekonomis, daya mesin maksimum

Saat pengapian terlalu lambat
Menghasilkan langkah kerja kurang ekonomis/tekanan pembakaran maksimum jauh setelah TMA, daya maksimum kurang, boros bahan bakar

Catatan :
Stel saat pengapian yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik

Demikianlah ulasan tentang sistem pengapian konvensional, semoda dapat bermanfaat untuk para pembaca.